Senin, 23 November 2009

BUDIDAYA RUMPUT LAUT SERTA CONTOH ANGGARANNYA

Menuju Agromarinepolitan dengan Budidaya Rumput Laut
Rumput laut atau sea weeds sudah lama dikenal dan dibutuhkan oleh manusia. Bangsa Cina telah mengenal tumbuhan ini sejak tahun 2700 SM. Mereka memanfaatkannya sebagai sayuran dan obat-obatan. Masyarakat Indonesia memanfaatkan rumput laut sebagai obat gondok akibat kekurangan iodum sudah lama sedangkan bangsa Portugis yang datang ke Indonesia sekitar tahun 1292 yang memanfaatkannya sebagai sayuran.

Algae, demikian nama Latin untuk rumput laut, tumbuh dan tersebar hampir di seluruh perairan Indonesia. Tumbuhan ini sangat dibutuhkan karena mengandung agar-agar, keranginan, pospiran dan furcelaran. Karena kandungannya itulah rumput laut banyak dijadikan bahan baku untuk berbagai industri seperti industri makanan, industri farmasi, dan industri kosmetik.
A. Biologi dan Ekologi Rumput Laut

Pertumbuhan dan dan penyebaran rumput laut sangat tergantung dari faktor-faktor oseanografi (fisika, kimia, dan pergerakan atau dinamika laut) serta jenis substrat dasarnya. Untuk pertumbuhannya, rumput laut mengambil nutrisi dari sekitarnya secara difusi melalui dinding thallusnya. Seperti umumnya pada alga jenis lain, morfologi rumput laut jenis Glacilaria disebut thallus (jamak: thalli), yaitu tidak memiliki perbedaan nyata antara akar, batang dan daunnya.
Perkembangbiakannya dilakukan dengan 2 cara yaitu secara kawin antara gamet jantan dan gamet betina (generatif) serta tidak kawin melalui vegetatif yaitu penyebaran spora yang terdapat pada kantong spora (carporspora, cystocarp) dan konjugatif yaitu melalui stek daripada thallus rumput laut.
Berdasarkan kandungan pigmennya, rumput laut dikelompokkan menjadi 4 kelas yaitu:
1) Rhodophyceae (ganggang merah)
2) Phaeophyceae (ganggang cokelat)
3) Chlorophyceae (ganggang hijau)
4) Cyanophyceae (ganggang biru hijau)
Beberapa jenis rumput yang bernilai ekonomi sejaka dulu sudah diperdagangakan yaitu Eucheuma sp., Hynea sp, Gracillaria sp., dan Gelidium sp. dari kelas Rhodophyceae serta Sargassum sp dari kelas Phaeophyceae.
B. Manfaat Rumput Laut
Manfaat rumput laut berdasarkan penelitian tercatat 22 jenis telah dimanfaatkan sebagai makanan. Di wilayah perairan Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Pulau Seram, Bali, Lombok, Kepulauan Riau dan Pulau Seribu diketahui 18 jenis dimanfaatkan sebagai makanan dan 56 jenis sebagai makanan dan obat tradisional oleh masyarakat pesisir.
Dari hasil studi tercatat sebanyak 61 jenis dari 27 rumput laut di Kep. Riau, Pantai Lampung, P. Jawa, P. Madura, Bali, NTB, NTT, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan beberapa beberapa di Kep. Maluku sudah terbiasa dijadikan makanan. Jumlah tersebut didominasi oleh 38 jenis dari 17 ganggang merah, 15 jenis dari 5 ganggang hijau dan 8 jenis dari 5 ganggang coklat. Dari 21 jenis ini telah dimanfaatkan sebagai obat.
Pemanfaatan kandungan agar agar dari rumput laut adalah:
1. Makanan dan susu (Ice cream, yoghurt, waper krim, cokelat susu, pudding instant)
2. Minuman (Minuman ringan, jus buah, bir)
3. Roti
4. Permen
5. Daging ikan dalam kaleng
6. Saus, salad dressing, kecap.
7. Makanan diet (Jelly, jam, sirup, puding)
8. Makanan bayi
9. Nonpangan(Makanan hewan, makanan ikan, cat, keramik, tekstil, kertas)
10. Farmasi dan kosmetik (Pasta gigi, shampoo, obat tablet, bahan cetak gigi, obat salep)
C. Persyaratan penting didalam budidaya rumput laut
Berdasarkan hasil pengkajian yang telah kami lakukan, budidaya rumput laut Gracilaria dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu:
- Metode dasar (bottom method)
- Metode rawai (long line method)
Dari hasil pengkajian yang telah dilakukan diketahui bahwa metode dasar (bottom method) di tambak merupakan metode yang paling efektif dan efisien dibandingkan dengan metode lain. Sehingga kami memilih rumput laut dari jenis Gracilaria yang sangat cocok untuk dikembangkan di tambak nganggur yang ada di pesisir Timur Sumatera Utara.
1. Budidaya rumput laut di tambak
Budidaya rumput laut di tambak merupakan salah satu cara pemanfaatan lahan tambak untuk memenuhi permintaan rumput laut dunia yang semakin meningkat, khususnya untuk jenis Gracilaria sp.
Budidaya rumpput laut ini di tambak memiliki lebiha banyak keuntungan bila dibandingkan budidaya rumput lau di laut. Keuntungan itu antara lain:
1. Rumput laut terlindung dari pengaruh alam yang kurang menguntungkan seperti ombak dan arus laut yang kuat.
2. Pengaturan ketinggian air mudah dilakukan
3. Terhindar dari ikan dan binatang liar yang memakan rumput laut seperti penyu dan ikan beronang.
4. Memungkinkan pemeliharaan rumput laut secara intensif dengan pemupukan
5. Kemudahan mengontrol kualitas air khususnya salinitas
6. Penjagaan keamanan di tambak lebih mudah dibandingkan di laut.
2. Pemilihan lokasi yang memenuhi syarat untuk budidaya adalah:
Lokasi yang baik yaitu masih dipengaruhi oleh pasang surut air laut dengan maksud untuk memudahkan penggantian air didalam tambak. Saluran keluar masuk air cukup lancar dan tergantung kepada kondisi geografinya pada umumnya berjarak antara 300-5000 m dari pantai.
1. Dasar tambak berupa lumpur bercampur pasir.
2. Tambak yang ideal mempunyai saluran pemasukan dan pengeluaran air yang berbeda sehingga pergantian air tambak mudah dilakukan.
3. Salinitas air tambak berkisar antara 15-30 per mil.
4. Suhu air berkisar antara 20-30 derajat Celcius.
5. pH air berkisar 6-9
6. Kedalaman air tambak dapat diatur.
7. Kondisi air tidak terlalu keruh sehingga cahaya matahari dapt cukup menembus kedalam dasar air.
8. Bebas polusi, baik limbah industri maupun rumah tangga.
9. Akses menuju lokasi mudah dilalui alat transportasi.
10. Selain aspek teknis dan lingkungan, aspek sosial juga penting terkait dengan tingkat kesiapan dan respon masyarakat menerima teknologi
D.Penyediaan Bibit dan Pembibitan
Bibit yang baik diambil dari petani yang sudah membudidayakan rumput laut yang paling dekat dengan lokasi dimana akan dikembangkan budidaya Glacilaria. Hal ini berhubungan dengan tingkat kesegaran dan kematian bibit bila dibandingkan dengan mengambil bibit yang letaknya berjauhan dengan lokasi yang akan dikembangkan budidaya.
Sehingga apabila bibit diambil dari lokasi terdekat maka tingkat keberhasilan budidaya lebih besar atau dengan mendatangkan bibit dari lokasi jauh tetapi perlu 1-7 hari untuk proses adaptasi.
Ciri-ciri bibit yang baik adalah diambil dari tanaman yang relatif masih muda (usia 3-4 minggu) dan sehat, yang didapat dengan memotong/memetik dari rumpun tanaman yang sehat pula dengan panjang sekitar 5-10 cm sehingga perlu diperhatikan hal-hal sbb:
1. Thallus yang dipilih masih segar dan cukup elastis
2. Thallus memiliki banyak cabang dan pangkalnya relatif lebih besar dari cabangnya.
3. Ujung thallus warnanya lebih cerah.
4. Bila thallus digigit/dipotong terasa britel (getas)
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam membawa bibit ke lokasi lain yang jarakanya cukup jauh agar tidak terjadi kematian adalah:
1. Bibit diambil dari bagian yang paling muda.
2. Selama perjalanan bibit harus dalam keadaan lembab tetapi tidak boleh direndam.
3. Tidak terkena matahari langsung, air tawar/hujan, minyak/kotoran lainnya.
4. Usahakan lamanya waktu perjalanan jangan melewati 24 jam.

Cara pengepakan bibit:
1. Ambil kantong atau karung plastik
2. Masukkan bibit kedalamnya tanpa dipadatkan.
3. Ikat bagian atas dengan tali dan beri lubang di bagian atas.
E.Metode atau Teknik Penanaman
1. Tambak yang keadaan dan kualitas airnya sudah memenuhi syarat dibersihkan dari kotoran.
2. Tambak dikuras dengan mengeluarkan dan memasukan air laut pada saat pasang- surut sehingga air yang ada dalam tambak merupakan air segar (baru).
3. Bibit ditanam dengan cara menebarkannya secara merata di dalam tambak pada saat keadaan cuaca cukup teduh, yaitu pada pagi hari atau sore hari.
Pemupukan
Gracilaria juga memerlukan nutrisi pada pertumbuhannya seperti nitrogen, phosphat, magnesium dan kalium. Kualitas nutrisi air tambak berpengaruh terhadap penggunaan pupuk. Pada prinsipnya, empat minggu pertama, tanaman memerlukan lebih banyak nutrisi nitrogen, sedangkan dua atau tiga minggu sebelum panen tanaman memerlukan lebih banyak nutrisi phosphat.
Pemeliharaan/Perawatan
1. Pengawasan terhadap air tambak dilakukan 2-3 hari sekali khususnya terhadap ketinggian air dan salinitas air.
2. Untuk mempertahankan salinitas dan nutrisi baru, perlu dilakukan pergantian air 3-5 hari sekali pada saat surut dan pasang. Penggantian air pada musim kemarau dilakukan lebih sering dibanding musim hujan.
3. Menjaga kebersihan tambak dengan jalan membuang kotoran dan tanaman lain (rumput dan alga lainnya) serta melakukan perawatan pintu-pintu air, saluran air dan perawatan pematang tambak.
4. Pada awal penanaman sebaiknya ketinggian air tambak maksimal 50 cm sehingga sinar matahari dapat tembus sampai ke tanaman.
5. Jangan sampai tambak kekeringan kekeringan karena menimbulkan kematian rumput laut.


F. Budidaya Campuran/Polikutur
1. Selama budidaya rumput laut berlangsung petani wajib melalakukan budidaya polikultur atau mix-farming dengan ikan bandeng (milk-fish). Karena ikan bandeng membersihkan rumput laut dari tanaman lumut/algae hijau yang bisa menurunkan kualitas rumput laut.
2. Masukkan nener bandeng dengan padat tebar 1 ekor / 10 meter persegi dan benur udang windu dengan padat tebar 1-2 ekor /meter persegi. Bandeng akan aktif memakan Gracilaria ketika mulai beratnya 400 gram, sehinggga sebaiknya apabila bandeng berukuran 400 gram segera dipanen.
3. Budidaya campuran rumput laut gracilaria dengan ikan bandeng dan udang windu sudah merupakan usaha yang dikembangkan sedemikian rupa, dengan tujuan tidak hanya untuk menghilangkan algae hijau, akan tetapi sebagai upaya meningkatkan efisiensi lahan dan meningkatkan pendapatan.
G.Analisa Ekonomi dan Biaya
Secara ekonomis budidaya rumput laut di tambak lebih dapat meningkatkan pendapatan dan memberikan nilai tambah bagi masyarkat pesisir Timur Sumatera Utara karena masyarakat akan dirangsang untuk memafaatkan lahan tambak nganggur untuk kesejahteraan keluarga melalui kegiatan budidaya rumput laut.
Ditinjau dari segi ekonomis, usaha budidaya rumput laut secara monokultur maupun polikultur dapat memberikan keuntungan yang cukup baik bagi masyarakat pesisir maupun investor, karena:
1. Biaya operasionalnya relatif lebih rendah bila dibandingkan dengan usaha lain
2. Usia panen yang singkat, 45 hari.
3. Belum adanya hama penyakit.
4. Belum adanya hama kaki dua yang melakukan pencurian
Beberapa analisis yang perlu diketahui dalam melakukan usaha budidaya di lahan kita hitung dalam 10 ha milik sendiri dan sudah ada rumput lautnya antara lain anggaran biaya permodalan, nilai hasil panen, perhitungan rugi laba.
Anggaran biaya permodalan setahun M1
Biaya gaji 4 orang kerja selama setahun
@ Rp700.000/bulan Rp 33.600.000
Pupuk = Rp 2.400.000
Pelampung untuk panen = Rp 500.000
Atap tepas dari bambu untuk alas menjemur rumput laut
Rp 1.000.000
Plastik penutup rumput laut di kala hujan
Rp 1.000.000
Biaya perawatan pematang
Rp. 10.000.000
Biaya transportasi
Rp120.000.000
Biaya lain lain yang tak terduga
Rp 15.000.000
Modal kerja di tahun pertama
Rp 183.500.000
Nilai hasil panen selama setahun H1

Hasil panen selama setahun dengan luas tambak sebesar 10 ha akan menghasilkan 240 ton kering dengan nilai harga rumput laut kering dengan kualitas yang baik Rp 5.000/kg menghasilkan Rp 1.200.000.000
Bonus insentif utk karyawan B1
Rp 100 /kg x 240.000 kg = Rp 24.000.000
Perhitungan rugi laba selama setahun RL1
RL1= H1- M1-B1
Rp 992.500.000
Permintaan dunia akan rumput laut sebenarnya sangat besar. Sebagai contoh untuk rumput laut yang mengandung agar-agar saja, dunia membutuhkan pasokan antara 180.000 - 200.000 ton setiap tahunnya.
Indonesia yang memiliki wilayah potensial untuk budi daya rumput laut seluas 1,2 juta hektare (DKP2003) seharusnya bisa menjadi pemasok utama dunia untuk rumput laut. Potensi itu tersebar hampir di seluruh kepulauan Nusantara, seperti di Sulawesi, Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan Sulawesi, Maluku dan Irian. Dewasa ini ekspor rumput laut Indonesia untuk memenuhi kebutuhan dunia hanya sebesar 13,1 % saja. Data yang kami terima dari DKP propinsi Sumatera Utara, lahan potensi untuk budidaya rumput laut Graacilaria seluas 70 ribu hektar.